Long Trip, KKN Mandiri Kolaborasi IAIN Parepare, Di Gunung Kidul, D. I. Yogyakarta 2024
![]() |
Aidil-Aco Zulham-Yusril-Yusuf |
![]() |
Seleksi KKN Nusantara Bandung |
Momentum jenjang KKN selalu berkesan dalam dunia perkuliahan. Aku masih ingat persis, bagaimana ekspektasi ku berharap untuk bisa lolos KKN di Bandung, tepatnya di daerah Kuningan dan waktu itu kampus hanya menawarkan daerah Bandung yang satu-satunya menjadi opsi pilihan untuk luar pulau Sulawesi. Namun pada akhirnya, namaku tidak muncul dalam surat edaran daftar nama yang lolos. Tentu aku kecewa, selayaknya manusia biasa yang seharusnya bisa ikhlas menerima.
Beberapa minggu setelah itu, aku tidak pernah membayangkan kalau rencana Allah jauh lebih baik. Ternyata masih ada pilihan lain diluar pulau Sulawesi yang penawarannya baru muncul belakangan, dalam hal ini di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Walaupun program ini terbilang KKN mandiri kolaborasi, yang artinya mulai dari pemberangkatan sampai biaya hidup adalah tanggungan sendiri. Aku tetap mengusahakan agar tetap jadi mumpung ada peluang, karena dari dulu daerah ini merupakan daerah yang selalu jadi opsi untuk liburan. Walaupun tujuan utamanya adalah KKN, tapi aku yakin mungkin ini saatnya bisa menyempatkan untuk kebutuhan liburan dan menambah pengalaman.
*
BAB 2, Pemberangkatan
![]() |
Pembekalan & Pelepasan |
Awal bulan Juli tepatnya tanggal 5, merupakan jadwal keberangkatan untuk program KKN mandiri kolaborasi Yogyakarta. Program ini bisa dibilang, program paling belakangan baru muncul, namun penerjunannya yang paling awal. Total jumlah peserta yang berhasil atau sudah pasti ikut diterjunkan yaitu 8 orang (4 cowo, 4 cewe). Kami dengan jumlah yang tidak terlalu banyak, mengurus tiket sendiri dan membangun kemistri bersama selama di jalan. Pihak kampus (LP2M) hanya mengantar kami sampai pelabuhan Makassar. Setibanya kami di pelabuhan, ternyata jadwal keberangkatan kapal yang tadinya harus berangkat tengah malam, di undur (delay) sampai pagi sekitar jam 10-an. Menunggu di pelabuhan, dari tengah malam sampai besok pagi menjelang siang, dan ikut berbaring istirahat dalam rombongan orang-orang yang juga memiliki nasib yang sama.
![]() |
Pengantaran ke Pelabuhan Makassar |
Hikmah dari kendala pertama ini, yaitu aku harus sadar kalau ternyata perjalanan yang panjang tidak semulus yang dibayangkan, jadi nikmati saja segala kebersamaan selama di jalan.
Jadwal kapal berangkat telah tiba, kami berkemas dan mengangkut seluruh barang yang ada. Mendahulukan yang cewe, dan mencicil satu persatu koper mereka yang keliatannya cukup kewalahan kalau di angkut sendiri oleh seorang perempuan. Kami memilih kapal Dharma kencana dengan segala fasilitas dan kebersihan kapalnya, dan mengambil posisi paling atas, tepatnya di sekitar ruangan restonya. Kami lebih mengutamakan perempuan untuk mengambil lahan yang paling nyaman untuk tiduran, untuk yang laki-laki tidur di kursi dengan tubuh melipat dan mensugestikan diri agar tetap terasa nyaman.
Estimasi waktu dalam perjalanan jalur laut dari Makassar ke Surabaya, menghabiskan waktu, sekitar dua hari satu malam. Aktifitas monoton kami selama di kapal, yaitu makan, tidur, sholat, lalu keluar melihat laut. Faktor tidak adanya jaringan membuat kami terlihat begitu flat, namun cukup tenang, karena kami jarang bermain hp seperti biasanya. Sesekali, jaringan muncul satu batang ketika kapal sedang melintas di daerah yang keliatan secara samar samar ada pulau. Maka hal itu biasanya kami manfaatkan untuk bermain hp, ada yang membuat unggahan di insta story, ada yang mengabari keluarga, ada juga yang hanya scroll sosial media saja.
BAB 3, Welcome to Pulau Jawa
Sore menjelang waktu maghrib, Orang berbondong-bondong keluar ke teras kapal. Sepertinya ini paling momentum untuk para penumpang kapal untuk melihat deretan pulau-pulau dari kejauhan. Wajar saja orang-orang terlihat fomo, ketika kapal hampir sandar, karena hal itu merupakan suasana dan momen melepaskan penat dari pemandangan lautan luas yang berhari-hari di lalui. Kendala delay, Lagi-lagi terjadi pada saat proses parkir kapal di pelabuhan. Penumpang sempat menunggu beberapa jam di kapal ketika telah hampir sandar, karena pelabuhan pada saat itu masih full. Sehingga pada saat bersandar, Orang-orang begitu padat ketika turun. Saya beserta rombongan, meniatkan untuk turun paling terakhir, agar tidak terjadi desak-desakan.
![]() |
Surabaya |
Aku cukup terharu ketika pertama kali menginjakkan kaki di pelabuhan Perak Surabaya. Tidak pernah membayangkan jika hari itu saya bisa betul-betul sampai di Surabaya. Hikmah dari perjalanan laut ini juga, aku bisa berkunjung ke Surabaya, walaupun hanya sebentar saja, atau istilahnya hanya transit. Tapi setidaknya, sudah merasakan atau menyempatkan coba beberapa kuliner di Surabaya, dan mendatangi musium pahlawan saja, ketika sedang menunggu jadwal keberangkatan kereta ke Lempuyangan Yogyakarta.
![]() |
SPBU dekat stasiun kota Surabaya |
Perihal jadwal keberangkatan kereta, kami tidak bersamaan seperti jadwal kapal. Aku, Yusuf, dan Isra, mendapatkan tiket kereta yang lebih murah, namun hambatannya harus menunggu berjam-jam untuk jadwal pemberangkatan ke Yogyakarta. Sementara yang lainnya, kehabisan tiket murah, sehingga membeli tiket yang harganya ratusan ribu dan kebetulan jadwal keberangkatan keretanya lebih awal dibandingkan jadwal tiket kereta murah yang didapatkan, lalu kami berpisah di stasiun Gubeng Surabaya.
*
Setibanya kami di Yogyakarta, disambut oleh beberapa mahasiswa asal Mamuju untuk menampung kami nginap di asramanya. Sungguh sebuah kehormatan bisa di rangkul dengan hangat sesama anak Sulawesi Selatan. Kebetulan, Kia (salah satu rombongan kami) menjadi penyambung relasi ke pihak asrama Mamuju. Menginap dua hari, sambil menyempatkan jalan-jalan ke tempat paling iconic di Jogja, yaitu Malioboro.
![]() |
Angkringan dekat titik nol |
Kami berpencar dengan urusan masing-masing, aku mendapatkan panggilan ngopi dari rekan jauh yang kebetulan melanjutkan studinya di Jogja, dalam hal ini Camma. Beliau mengenalkan saya dengan beberapa kawan perempuannya yang juga melanjutkan studi S2 nya di Jogja. Perkenalan yang cukup hangat, diiringi jalan-jalan di sekitar Musium Sonobudoyo. Sementara rombongan dari Parepare, sedang mengikuti pembekalan di UIN SUKA. Dasar aku, yang fomo jalan-jalan ketika melihat tempat baru, sehingga membenarkan bolos dari agenda yang seharusnya wajib diikuti.
BAB 4, Proses
![]() |
Pelepasan di UIN SUKA |
10 Juli 2024, merupakan hari keberangkatan kami ke posko masing-masing. Hari itu juga kami berpencar, dan belajar untuk berbaur dengan teman satu kelompok. Aku dan Kia, kebetulan satu kelompok di dukuh Pakel, Aco bersama Aidil di tempatkan di dukuh Legundi, Isra dan Yusuf disatukan di dukuh Jambu, dan Lisa bersama Uci ditempatkan di dukuh Tritis. Kami tersebar, namun tetap berada di wilayah Desa Planjan, Kab. Gunung Kidl, D. I. Yogyakarta.
Pada saat terpisah, grup wa juga mulai sepi, mungkin karena sibuk masing-masing. Tapi hal itu hanya berlaku di awal-awal saja, karena memang kami sedang berproses untuk membaur. Karena pasar di daerah tempat kami hanya ada satu, namanya pasar Trowono. Kadang-kadang kita berjumpa di pasar dan saling tegur dengan semangat satu sama lain, karena bisa berjumpa kembali dan berbicara dengan bahasa lokal kita. Kia juga kadang bercerita dengan aku, dan menyampaikan keluh kesah nya perihal capek menggunakan bahasa orang lain, yang nota bene nya kita masih cukup awam melantunkan nya.
Berkumpul di Dukuh Tritis (posko Lisa & Uci) |
Di minggu kedua, akhir nya kita bisa kumpul dan bergantian mengunjungi posko satu sama lain. Bisa di bilang hanya kelompok aku dan Kia yang tidak tinggal bersama pak Dukuh, jadi cukup bebas dan tidak canggung beraktivitas didalam rumah.
Kami mungkin tidak terlalu sering kumpul bersama, namun masih tetap sering komunikasi di grup wa. Saling sharing mengenai aktifitas maupun tradisi lokal yang sedang diikuti. Pak Adi yang merupakan Dosen DPL kami juga sangat fast respon ketika kami sedang mengirim kabar di grup.
![]() |
Kunjungan DPL IAIN Parepare (Pak Musmulyadi) |
Syukur alhamdulillah juga, pak Adi masih menyempatkan untuk mengunjungi kami langsung di lokasi KKN, padahal kalau melihat jarak tempuh juga cukup lumayan jauh. Hal itu membuat kami bangkit menjadi semangat, dari rasa yang sempat jenuh di awal-awal. Titik kumpul waktu itu di daerah dukuh Legundi, yang merupakan posko saudara Aco dan Aidil. Namun hanya aku dan Kia yang sempat datang waktu itu, karena Yusuf dan Isra terkendala agenda yang bertabrakan waktu itu, sementara Lisa dan Uci juga tidak ada kendaraan yang bisa di gunakan untuk ke lokasi titik kumpul. Kami hanya melaporkan keadaan-keadaan selama beberapa hari di lokasi KKN, dan Pak Adi beserta rombongannya juga memberikan kami wejangan.
*
Kurang lebih dua bulan di Desa Planjan berproses bersama dengan penuh kenangan yang sangat bermakna. Pasca acara 17-an kami menutup dengan acara perpisahan.
BAB 5, Penarikan
Hari yang di tunggu-tunggu namun tidak ingin cepat berlalu yaitu momen perpisahan. Tepatnya 24 Agustus, merupakan hari penarikan kembali ke kota D. I. Yogyakarta. Sabtu sore, aku dan Kia bubar dari titik penurunan barang di kos teman satu kelompok kami, langsung menuju ke asrama Bawakaraeng (wisma penginapan mahasiswa Sulawesi Selatan). Syukur alhamdulillah, Lagi-lagi relasi yang menyelamatkan nasib kami selama di Yogyakarta. Dari satu teman, ke teman yang lainnya dengan terbuka menolong kami dari rombongan Parepare.
Sayangnya teman satu rombongan yang lain, belum menginap di asrama yang menumpang kami. Isra dan Yusuf hanya menyimpan barangnya lalu kembali lagi ke lokasi KKN mereka untuk mengikuti acara tradisi, Lisa dan Uci memutuskan menambah beberapa hari lagi untuk menginap di poskonya, sementara Aco dan Aidil ikut berbaur bersama teman satu kelompoknya di kos yang cukup dekat dari daerah kampus UGM Yogyakarta.
*
Jadwal tiket kapal yang kami pesan yaitu 29 Agustus, jadi kami masih punya beberapa hari untuk main sambil memanfaatkan momen-momen terakhir bersama kawan satu kelompok KKN. Selama beberapa hari itu, kami hampir tidak pernah kumpul lengkap, dikarenakan sibuk masing-masing dengan urusan sendiri dan cukup berbeda ketika awal awal datang ke Jogja. Wajar saja, karena masing-masing dari kita ingin menghabiskan waktu lebih banyak bersama teman satu kelompok. Karena bisa di bilang, ini adalah momentum akhir bersama teman satu kelompok.
*
![]() |
Fajar (Bone) - Yayad (Pinrang) - Yusril (Parepare) - Yusuf (Pinrang) |
28 Agustus, tepatnya pukul 18.16 merupakan jadwal keberangkatan kereta kami dari stasiun Lempuyangan Yogyakarta ke stasiun Gubeng Surabaya. Momentum itu mempertemukan kami kembali dengan formasi yang lengkap seperti di awal-awal. Masing-masing teman kelompok maupun relasi baru selama di Jogja juga ikut mengantar di stasiun Lempuyangan Yogyakarta. Di momen itu aku makin sadar betapa hangatnya kekeluargaan di kota ini, dan membuat aku untuk ingin kembali lagi ke sini. Air mata yang tak terbendung lagi, menjadi penutup perjumpaan bersama kawan-kawan pada saat itu.
![]() |
Formasi lengkap, Peserta KKN Mandiri kolaborasi 2024 |
Seperti di awal keberangkatan, kami rombongan Parepare kembali saling bahu membahu selama proses pulang ke kampung halaman. Untuk jadwal kereta juga, kali ini kami tidak terpecah lagi, dan kebetulan rombongan bertambah dua orang, yang kebetulan juga mahasiswa yang kuliah di sini ingin pulang kembali ke Sulawesi Selatan.
Untuk bagian urus tiket kapal, ku serahkan kepada Camma (temanku yang lanjut studi s2 di Jogja) yang jauh lebih berpengalaman. Kali ini kami juga tidak memesan tiket melalui aplikasi, tapi ada cara yang lebih murah dan lebih terfasilitasi yaitu ikut dengan mobil truk besar didalam kapal. Pengalaman baru lagi, kita bisa naik mobil truk sampai ke dalam kapal, dan lebih dulu mengambil tempat di atas kapal dibandingkan dengan penumpang umum. Barang barang bawaan juga tidak perlu repot repot lagi di angkat sampai atas, cukup di simpan di dalam mobil saja dan membawa barang yang perlu saja digunakan selama didalam kapal. Fasilitas makanan kali ini juga cukup memuaskan, sangat berbeda jauh ketika kita menjadi penumpang umum.
*
Oh iya, aku belum menceritakan bagian pada saat kami menunggu jemputan mobil truk di depan kantor Pelni. Dari waktu pagi dini hari hingga terbitnya matahari, seperti biasa kami harus mengungsi terlebih dahulu di pinggir jalanan. Kalau istilah yang kami sebutkan yaitu "mode anak punk dulu". Lagi-lagi sama seperti di awal pemberangkatan ketika di daerah Surabaya, kami tidak pernah melihat ada masjid ataupun mushola yang terbuka 24 jam. Sehingga kadang harus menggembel beberapa jam di pinggir jalan, hari itu aku sungguh muak melakukan hal yang sama lagi. Seolah-olah nasib kita tidak pernah terselamatkan ketika di Surabaya. Tapi sudahlah, mungkin ini momen-momen yang akan di rindukan juga. Kami bergantian tidur di sekitar halaman kantor Pelni Surabaya, sambil menunggu terbitnya matahari.
Pagi itu kami di jemput dua mobil truk yang akan menampung sampai masuk ke dalam bagasi kapal Dharma Kencana. Seluruh koper maupun tas bawan diikat di atas mobil, lalu kami membagi dua kelompok agar merata di mobil lainnya. Setelah memarkir mobil di bagasi kapal, kami bergegas naik untuk mencari tempat peristirahatan. Hari itu rasanya sangat enteng, karena tidak perlu lagi membawa koper beserta tas tas yang besar. Bisa di bilang juga, kami rombongan yang paling pertama mendapat tempat yang bagus di lantai resto kapal Dharma Kencana.
*
![]() |
Kapal Dharma Kencana 7 |
Estimasi waktu tiba di Makassar kurang lebih 30 jam. Rasanya agak lebih cepat dari sebelumnya, ketika pulau Makassar sudah terlihat dari jauh, pada saat itu juga semua orang-orang keluar ke teras kapal melihat keindahan sunset sore itu dan juga keindahan kota Makassar.
Proses turun dari kapal, lebih santai juga dari sebelumnya. Kami hanya menunggu beberapa menit jemputan mobil rental langganan kampus di jalan sekitar pelabuhan.
Ada beberapa orang yang tidak ikut bersama rombongan pulang ke kampus. Seperti Aco, yang sudah memesan mobil sendiri karena ingin terus pulang ke Polman, Yusuf dan temannya yang cewe juga sudah memesan mobil yang langsung terus ke Pinrang, dan Camma waktu itu masih ingin tinggal satu hari di Makassar. Jadi sisa enam orang yang pulang ke Kampus IAIN Parepare. Tidak bisa di pungkiri, ada-ada saja kendala yang terjadi di jalan. Seperti kendala akhir ketika tiba di tujuan, yaitu proses pembayaran biaya rental dua mobil. Uang pribadi kami tidak cukup untuk menalangi sementara proses pembayaran, sehingga harus berhutang untuk wajib di lunaskan di esok hari. Pak Adi waktu itu juga sangat sibuk, mengurus kegiatan wisuda di kampus, sehingga kami harus menyelesaikan sendiri masalah ini.
*
Malam itu menjadi penutup perjalanan kami, ada begitu banyak cerita yang bisa jadi kenangan yang cukup berkesan selama di perjalanan.
Sehat-sehat selalu pertemanan, aku arsip cerita ini biar jadi kenang-kenangan.
keren sekali kak ucil ✌🏻 boleh cerita tentang bagaimana cara pendaftaran kkn Kolaborasi IAIN Parepare, Di Gunung Kidul, D. I. Yogyakarta untuk kami mahasiswa semester 5 yang ingin kkn nantinya juga tapi di daerah luar prov Sulawesi
BalasHapusboleh pc aja yah, nanti di backup kalau sudah masuk jenjangnya.
Hapuswas incredible as always🌹
BalasHapuskerenn,, mau dibuatin kenangannya sama posko 115 dong hihii
BalasHapussoon yahh.. bingung juga mau mulai dari mana, soalnya terlalu sweet wkwk
HapusSalah satu pengalaman yang sangat tidak bisa untuk di lupakan semasa kuliah yaitu KKN. Belajar sambil traveling juga merupakan cita-citaku. Namun, kemarin masa KKN ku juga cukup berkesan tapi tidak seperti dirimu yang dapat melihat jauh lebih luas budaya yang ada diluar pulau sulawesi. Semoga jejak yang telah kamu lalui dapat ku pijak juga nanti. Hehe but I’m proud of you sobat. semangat akhir perkuliahan sudah di depan mata. 🌹🕊️
BalasHapusterharu.. terima kasih fat, sehat-sehat dan dimudahkan segala urusannya juga.
Hapus